SISTEM BIAYA STANDAR
Pengertian
Biaya
standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau
untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi,
efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
Secara
umum biaya didefinisikan sebagai sumber daya ekonomis yang dikorbankan
untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu, tetapi di dalam suatu
pengambilan keputusan yang berbeda.
.
· Menurut Horngren Foster (2005)
"Biaya
sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk
mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit uang
yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa."
· Menurut Mulyadi (2007;387)
"Biaya
Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang merupakan jumlah biaya
yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk
membiayai kegiatan tertentu dibawah asumsi kegiatan ekonomi, efisiensi
dan faktor-faktor lain tertentu."
· Menurut Carter Usry (2005;153)
"Biaya
Standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi
satu unit atau sejumlah tertentu produk selama satu periode tertentu.
Sistem
biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Jika biaya standar
ditentukan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena telah mengetahui
bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan dan pada tingkat biaya
berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan. Sistem biaya standar
memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk
melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan
pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan
tenaga kerja dan kegiatan yang lain.
Sistem biaya standar menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dan biaya standar.
Prosedur Penentuan Biaya Standar
Dalam
prosedur penentuan biaya standar menurut Mulyadi (1991,419) biaya
standar tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu biaya bahan baku
standar, biaya tenaga kerja standar, dan biaya overhead pabrik standar.
1.1 Biaya Bahan Baku Standar ( standard raw material cost)
Adalah
biaya bahan baku yang seharusnya terjadi untuk membuat satu satuan
produk tertentu, yang terdiri dari dua komponen, yaitu :
1.1.1 Harga bahan baku standar (standard raw material price), terdiri atas :
a. Masukan
fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik
tertentu atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
b. Harga persatuan perfisik tersebut, atau disebut pula harga standar yang berupa:
· Harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa yang akan datang.
· Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
· Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
1.1.2 Kuantitas bahan baku standar ( standard raw material quantity )
Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan :
1. Penyelidikan teknis
2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :
· Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.
· Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk dalam pelaksanaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
· Menghitung rata-rata dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.
2.2 Biaya Tenaga Kerja standar (Standar direct labor cost)
Adalah biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost)
yang seharusnya terjadi untuk membuat satu satuan poduk
tertentu.Seperti halnya dengan biaya bahan baku standar,biaya tenaga
kerja terdiri dari dua unsur : jam tenaga kerja standar dan tarif upah standar.
2.2.1 Jam tenaga kerja standar
Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar adalah :
1. Tata letak pabrik (plant layout) yang efisien dengan peralatan yang modern sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum.
2. Pengembangan staf perencanaan produksi, routing, scheduling dan dispatching, agar aliran proses produksi lancar, tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran.
3. Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi.
4. Standarisasi
kerja karyawan dan metode – metode kerja dengan instruksi –
instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi
dapat dilakukan dibawah kondisi yang baik.
Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara :
1. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.
2. Membuat tes-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
3. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan.
4. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.
2.2.2. Tarif Upah Standar
Penentuan
tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang
dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata
terif upah perjam yang dibayar.
Tarif Upah Standar dapat ditentukan dengan cara :
1. Perjanjian dengan organisasi karyawan.
2. Data
upah masa lalu, yang dapat dijadikan sebagai upah standar adalah:
rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan
masa lalu.
3. Penghitungan tarif upah karyawan masa lalu dalam keadaan operasi normal.
2.3 Biaya Overhead Pabrik Standar (standar overhead rate)
Biaya Overhead Pabrik Standar ini terdiri dari :
1. Jam (kuantitas) standar
2. Harga
(tarif) standar, terlebih dahulu harus ditetapkan berapa besarnya biaya
tetap dan biaya variabel sebagai standar. Standar untuk biaya overhead
pabrik menggunakan fleksibel budget.
Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya dari Biaya Standar
Menurut Mulyadi (1991,424) penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut selisih (variance).
Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari
analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan
untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Jika dilihat secara
umum maka penyebab-penyebab terjadinya selisih adalah sebagai berikut ;
1. Adanya hari libur nasional yang menyebabkan penambahan waktu jam lembur.
2. Adanya kerusakan peralatan (mesin-mesin) pada saat produksi sedang banyak.
3. Adanya kesalahan dalam pembuatan produk sehingga produk perlu diperbaiki dan membutuhkan biaya tambahan lagi.
4. Adanya
keterlambatan penggunaan bahan baku yang akan digunakan dalam proses
produksi sehingga menyebabkan banyak waktu menganggur .
5. Adanya karyawan yang sakit dan digantikan dengan karyawan lain sehingga terjadi penambahan upah lembur.
6. Ada atau tidaknya pekerjaan lembur.
7. Karyawan yang baru diterima tidak dibayar sesuai upah lembur.
8. Adanya kenaikan atau penurunan pangkat yang menyebabkan perubahan tarif upah.
Dalam
hal analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja berbeda
dengan analisis biaya overhead pabrik, maka analisis penyimpangan biaya
sesungguhnya dari biaya standar ini dibagi dua, yaitu analisis biaya
produksi langsung yang terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya
tenaga kerja langsung dan analisis selisih biaya overhead pabrik.berikut
akan dijelaskan mengenai salah satu dari analisis
selisih biaya produksi langsung yaitu selisih biaya tenaga kerja langsung.
Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung
Ada tiga model analisis selisih biaya produksi langsung:
1. Model Satu Selisih (The One-Way Model)
2. Model Dua Selisih (The Two-Way Model)
3. Model Tiga Selisih (The Three-Way Model)
Model Satu Selisih (The One-Way Model)
Dalam
model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standard
tidak dipecah ke dalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya
ada satu macam selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga
dengan selisih kuantitas titik. Jadi dalam analisis selisih biaya
produksi hanya akan dijumpai tiga selisish: selisish biaya bahan baku,
selisish biaya tenaga kerja langsung, dan selisih biaya overhead
pabrik. Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih laba atau
selisih yang menguntungkan) dan tanda R (selisih rugi). Analisis selisih
dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus berikut ini:
St = (HSt x KSt) – (HS x KS)
dimana:
St = Total selisih
HSt = Harga standard
KSt = Kuantitas standard
HS = Harga sesungguhnya
KS = kuantitas sesungguhnya
Model Dua Selisih (The Two-Way Model)
Dalam
model analisis selisih ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan
biaya standard dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga
dan selisih kuantitas atau efisiensi. Rumus perhitungan selisih dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut ini:
SH = (HSt – HS) x KS rumus perhitungan selisish harga
SK = (KSt – KS) x HSt rumus perhitungan selisih kuantitas
dimana:
SH = Selisih Harga SK = Selisih Kuantitas/Efesiensi
HSt = Harga Standard KSt = Kuantitas Standard
HS = Harga Sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya
Dalam
hubungannya dengan biaya bahan baku, analisis selisih biaya bahan baku
menjadi selisih harga dan selisih kuantitas ditunjukkan untuk
membebankan tanggung jawab terjadinya masing-masing jenis selisih
tersebut kepada manajer yang bertanggung jawab. Selisih harga yang
timbul menjadi tanggung jawab manajer fungsi pembelian, sedangkan
selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer fungsi produksi.
Contoh 2
PT.
X menggunakan system biaya standard. Biaya bahan baku standard per unit
produk ditentukan sebesar 100 kg @ Rp 500. Biaya bahan baku
sesungguhnya untuk memproduksi 1000 unit produk dalam bulan Januari 19X1
adalah sebanyak 90.000 kg @ Rp 550. Dengan demikian biaya bahan baku
standard dan biaya bahan baku sesungguhnya dalam bulan Januari 19X1
disajikan dalam Gambar 13.2.
Jika
biaya bahan baku standard dan biaya bahan baku sesungguhnya tersebut
dalam Gambar 13.2 digambarkan dalam suatu grafik, maka akan terlihat
perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas seperti tercantum dalam
Gambar 13.3.
Gambar 13.2
Data Biaya Bahan Baku Standard dan Biaya Bahan Baku Sesungguhnya
Kuantitas Harga per kg
Standar Sesungguhnya Standar Sesungguhnya
Biaya Bahan Baku 100.000 kg 90.000 kg Rp 500 Rp 550
Gambar 13.3
Selisih Harga dan Selisih Kuantitas dalam Model Dua Selisih
Selisih Harga
(HSt – HS) x KS
(500 – 550) x 90.000 = Rp 4.500.000 R
HS Selisih Kuantitas
Rp 550 (KSt – KS) x HSt
(100.000 – 90.000) x 500
= Rp 5.000.000 L
HSt
Rp 500
90.000 Kg 100.000 Kg
KS KSt
Model Tiga Selisih (The Three-Way Model)
Dalam
model ini, selisih antara biaya standar dengan baiya sesungguhnya
dipecahkan menjadi tiga macam selisih berikut ini: selisih harga,
selisih kuantitas, dan selisih harga/kuantitas. Model dua selisih
menjadi tidak teliti untuk memisahkan selisih harga dan selisih
kuantitas jika harga dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi
atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya atau jika
kuantitas sesungguhnya lebih tinggi dari kuantitas standar, namun
sebaliknya harga sesungguhnya lebih rendah dari harga standar.
Hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan tiga kemungkinan berikut ini:
1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan kuantitas sesungguhnya
2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya
3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.
Dalam
model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan selisih
kuantitas tergantung dari jenis hubungan harga dan kuantitas standar
dengan harga dan kuantitas sesungguhnya tersebut di atas.
Harga standard dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya.
Rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi
harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari
harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut ini:
SH = (HSt – HS) x KSt untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt – KS) x HSt untuk menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) untuk menghitung selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas
Untuk
memberikan gambaran perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas
dengan model tiga selisih dalam kondisi harga standar dan kuantitas
standar masing-masing lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya, silahkan mengikuti perhitungan dalam contoh 3.
Contoh 3
Biaya bahan baku standar dan biaya bahan baku sesungguhnya disajikan dalam Gambar 13.4.
Gambar 13.4.
Data Biaya Bahan Baku Standar dan Biaya Bahan Baku Sesungguhnya
Kuantitas Harga per kg
Standar Sesungguhnya Standar Sesungguhnya
Biaya Bahan Baku 90.000 kg 100.000 kg Rp 500 Rp 550
Dari
gambar 13.4 tersebut terlihat harga standar lebih rendah dari harga
sesungguhnya dan kuantitas standar juga lebih rendah dari kuantitas
sesungguhnya. Perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam
kondisi seperti tersebut dalam gambar 13.4 disajikan dalam gambar 13.5.
Rumus
perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi harga
standard dan kuantitas harga standar masing-masing lebih tinggi dari
harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut ini:
SH = (HSt – HS) x KS untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt – KS) x HS untuk menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) untuk menghitung selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas
Harga
standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya. Jika harga
standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, maka selisih gabungan yang
merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan terjadi. Dengan demikian
perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi seperti
ini dengan model tiga selisih dilakukan dengan rumus berikut ini:
SH = (HSt – HS) x KS untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt – KS) x HS untuk menghitung selisih kuantitas
Selisih harga/kuantitas sama dengan nol.
Karena
selisih harga/ kuantitas sama dengan nol, maka dengan demikian tidak
terdapat selisih biaya yang menjadi tanggung jawab bersama diantara dua manajer (misalnya manajer fungsi pembelian dan manajer fungsi produksi)
Harga
standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya. Jika harga
standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknnya
kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya, selisih
gabungan tidak akan terjadi. Dengan demikian perhitungan selisih harga
dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model tiga selisih
dilakukan dengan rumus berikut ini:
SH = (HSt – HS) x KSt untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt – KS) x HS untuk menghitung selisih kuantitas
Selisih harga/kuantitas sama dengan nol.
Model
tiga selisih menghasilkan informasi selisih yang lebih teliti untuk
pertanggungjawaban selisih dibandingkan dengan model dua selisih. Dalam
model dua selisih dalam kondisi apapun, selisih harga selalu menggunakan
kuantitas sesungguhnya sebagai pengali selisih antara harga per unit
standar dengan sesungguhnya. Begitu pula dalam perhitungan selisih
kuantitas, dalam kondisi apapun, model dua selisih menggunakan harga per
unit standar sebagai pengali selisih antara kuantitas standar dengan
kuantitas sesungguhnya.
SH = (HSt – HS) x KS
SK = (KSt – KS) x HSt
Dalam
model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dapat
dilakukan dengan tiga cara tergantung dari kondisi berikut ini:
1. Jika
harga standard an kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau
lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya, model
tiga selisih lebih teliti dalam membebankan selisih harga kepada manajer
fungsi pembelian dan selisih kuantitas kepada manajer fungsi produksi
dibandingkan dengan model dua selisih.
a. Dalam
kondisi harga dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi
dibandingkan dengan harga dan kuantitas sesungguhnya, model dua selisih
membebankan selisih kuantitas lebih banyak kepada manajer fungsi
produksi, karena rumus perhitungan selisih kuantitas adalah (KSt-KS) x
HSt, sehingga sebagian selisih harga dibebankan sebagai bagian selisih
kuantitas.
b. Dalam kondisi harga dan
kuantitas standar masing-masing lebih rendah dibandingkan dengan harga
dan kuantitas sesungguhnya, model dua selisih membebankan selisih harga
lebih banyak kepada manajer fungsi pembelian, karena rumus perhitungan
selisih harga adalah (HSt-HS) x KS, sehingga sebagian selisih kuantitas
dibebankan sebagai bagian selisih harga.
c. Model
tiga selisih membebankan selisih harga yang memang benar-benar menjadi
tanggungjawab manajer fungsi pembelian dan membebankan selisih kuantitas
yang benar-benar menjadi tanggungjawab manajer fungsi produksi, karena
selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas dipisahkan
tersendiri.
2. Jika
harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka
perhitungan selisih harga dengan model tiga selisih adalah sebagai
berikut:
SH = (HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt
SHK = nol
Dalam
kondisi harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun
sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya,
perhitungan selisih harga dan kuantitas dengan model dua selisih
dilakukan dengan rumus yang sama dengan yang digunakan dalam model tiga
selisih tersebut.
3. Jika
harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguuhnya, maka
perhitungan selisih harga dan kuantitas dengan model tiga selisih adalah
sebagai berikut:
SH = (HSt - HS) x KSt
SK = (KSt - KS) x HS
SHK = nol
Dalam model dua selisih, selisih harga dan selisih kuantitas dihitung sebagai berikut:
SH = (HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt
Contoh:
PT.
Rimendi menggunakan sistem biaya standar. Data biaya standard an data
biaya sesungguhnya dalam bulan Januari 19X1 adalah sebagai berikut:
Kuantitas Kuantitas Harga Harga
Biaya Standar Sesungguhya Standar Sesungguhnnya
Bahan Baku 4.000 unit 5.000 unit Rp 20 Rp 15
Tenaga Kerja 1.000 jam 2.000 jam Rp 10 Rp 20
Perhitungan selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dengna berbagai model tersebut di atas adalah sebagai berikut:
a. Model Satu Selisih
1. Selisih biaya bahan baku
(KSt x HSt) – (KS x HS)
(4.000 x Rp 20) – (5.000 x Rp 15) = Rp 5.000 L
2. Selisih biaya tenaga kerja
(JKSt x TUSt) – (JKS x TUS)
Dimana :
TUSt = tarif upah standar
TUS = tariff upah sesungguhnya
JKSt = jam kerja standar
JKS = jam kerja sesungguhnya
(1.000 x Rp 10) – (2.000 x Rp 20) = Rp 30.000 R
b. Model Dua Selisih
1. Selisih Biaya Bahan Baku
· Selisih harga bahan baku
(HSt - HS) x KS
(Rp20 – Rp15) x 5.000 = Rp25.000 L
· Selisih kkuantitas bahan baku
(KSt - KS) x HSt
(4.000 – 5.000) x Rp20 = Rp 20.000 R
2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
· Selisih tarif upah
(TUSt - TUS) x JKS
(Rp10 – Rp20) x 2.000 = Rp20.000 R
· Selisih efisiensi upah
(JKSt - JKS) x TUSt
(1.0 - 2000) x Rp10 = Rp10.000 R
c. Model Tiga Selisih
1. Selisih biaya bahan baku
· Selisih harga bahan baku
(HSt – HS) x KSt
(Rp20 – Rp15) x 4.000 = Rp20.000 L
· Selisih kuantitas bahan baku
(KSt - KS) x HS
(4.000 – 5.000) x Rp15 = Rp15.000 R
· Selisih harga/kuantitas bahan baku
Tidak terdapat selisih harga/kuantitas
2. Selisih biaya tenaga kerja
· Selisih tarif upah
(TUSt - TUS) x JKSt
(Rp10 – Rp20) x 1.000 = Rp10.000 R
· Selisih efisiensi upah
(JKSt - JKS) x TUSt
(1.000 – 2.000) x Rp10 = Rp10.000 R
· Selisih tariff/efisiensi upah
(JKSt - JKS) x (TUSt - TUS)
(1.000 – 2.000) x (Rp10 – Rp20) = Rp10.000 R
SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK
Perhitungan
tarif biaya overhead pabrik adalah menggunakan kapasitas normal,
sedangkan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk menggunakan
kasitas sesungguhnya yang dicapai. Dalam perusahaan yang menggunakan
system biaya standar, analisis selisih biaya overhead pabrik dipengaruhi
pula oleh kapasitas standar. Oleh karena itu, ada 4 model analisis
selisih biaya overhead pabrik: model satu selisih, model dua selisih,
model tiga selisih, dan model empat selisih.
a. Model Satu Selisih
Dalam
model ini, selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara
mengurangi biaya overhead pabrik dengan tarif standar pada kapasitas
standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya.
b. Model Dua Selisih
selisih
biaya overhead pabrik yang dihitung dengan model satu selisih dapat
dipecah menjadi dua macam selisih: selisih terkendalikan, dan selisih
volume. Selisih terkendalikan adalah perbedaan biaya overhead
sesungguhnya dengan biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas
standar, sedangkan selisih volume adalah perbedaan antara biaya overhead
yang dianggarkan pada jam standar dengan biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepada produk (kapasitas standar dengan tarif standar)
c. Model Tiga Selisih
selisih
biaya overhead pabrik yang dihitung dengan model satu selisih dapat
dipecah menjadi tiga macam selisih: selisih pengeluaran, selisih
kapasitas, dan selisih efisiensi. Selisih pengeluaran adalah perbedaan
biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead yang
dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya. Selisih kapasitas adalah
perbedaan antara biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas
sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik yang pabrik yang dibebankan
kepada produk pada kapasitas sesungguhnnya (kapasitas sesungguhnya
dengan tarif standar ). Selisih efisiensi adalah tarif biaya overhead
pabrik dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan
kapasitas sesungguhnya.
d. Model Empat Selisih
Model
empat selisih ini merupakan perluasan model tiga selisih. Dalam model
ini, selisih efisiensi dalam model tiga selisih dipecah lebih lanjut
menjadi dua selisih berikut ini : selisih efisiensi variable dan selisih
efisiensi tetap.
Contoh:
Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar disajikan sebagai berikut:
Biaya bahan baku 5 kg @Rp1.000 Rp 5.000
Biaya tenaga kerja 20 jam @Rp500 10.000
Biaya overhead pabrik
Variable 20 jam @Rp400 8.000
Tetap *) 20 jam @Rp300 6.000
Total Rp 29.000
Transaksi yang terjadi dalam bulan januari 19X1 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1500 kg @Rp1.100
2. Jumlah
produk yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan januari 19X1
adalah 250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sebagai berikut:
a. Biaya bahan baku 1.050 kg @Rp1.100 = Rp 1.155.000
b. Biaya tenaga kerja 5.100 jam @Rp475 = 2.422.500
c. Biaya overhead pabrik = 3.650.000
Atas dasar data di atas, berikut ini disajikan analisis selisih biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik:
Biaya Bahan Baku
1. Model Satu Selisih
(HSt x KSt) – (HS x KS)
(Rp1000 x 1.250) – (Rp1.100 x 1.050) = Rp 95.000 L
2. Model Dua Selisih
Selisih harga bahan baku
(HSt - HS) x KS
(Rp1.000 – Rp1.100) x 1.050 kg = Rp105.000 R
Selisih kuantitas bahan baku
(KSt - KS) x HSt
(1.250 – 1.050) x Rp1.000 = Rp200.000 L
Total selisih biaya bahan baku Rp 95.000 L
3. Model Tiga Selisih
Selisih harga bahan baku
(HSt – HS) x KS
(Rp1.000 – Rp1.100) x 1.050 = Rp105.000 R
Selisih kuantitas bahan baku
(KSt - KS) x HSt
(1.250 – 1..050) x Rp1.000 = Rp200.000 L
Selisih harga/kuantitas bahan baku
Tidak terdapat selisih harga/kuantitas= 0
Total selisih biaya bahan baku Rp 95.000 L
Biaya Tenaga Kerja
1. Model Satu Selisih
Selisih biaya tenaga kerja
(TUSt x JKSt) – (TUS x JKS)
(Rp500 x 5.000) – (Rp475 x 5.100) = Rp 77.500 L
2. Model Dua Selisih
Selisih tarif upah
(TUSt - TUS) x JKS
(Rp500 – Rp475) x 5.100 jam = Rp127.500 L
Selisih efisiensi upah
(JKSt - JKS) x TUSt
(5.000 – 5.100) x Rp500 = Rp 50.000 R
Total selisih biaya tenaga kerja langsung Rp 77.500 L
3. Model Tiga Selisih
Selisih tarif upah
(TUSt – TUS) x JKSt
(Rp500 – Rp475) x 5.000jam = Rp125.000 L
Selisih efisiensi upah
(JKSt - JKS) x TUS
(5.000 – 5.100) x Rp475 = Rp 47.500 R
Selisih harga/kuantitas bahan baku
Tidak terdapat selisih harga/kuantitas= 0
Total selisih harga/efisiensi upah Rp 77.500 L
Selisih Biaya Overhead Pabrik
1. Model Satu Selisih
Selisih total biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp3.650.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan:
250 x 20 jam x Rp700 = Rp3.500.000
Selisih total biaya overhead pabrik Rp 150.000 R
2. Model Dua Selisih
Selisih tersebut dipecah menjadi dua macam selisih sebagai berikut:
Selisih terkendalikan
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp3.650.000
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal
5.200 x Rp300 = 1.560.000
Biaya overhead pabrik variable sesungguhnya Rp2.090.000
Biaya overhead pabrik variable pada jam standar
5.000 jam x Rp400 = 2.000.000
Selisih terkendalikan Rp 90.000 R
Selisih volume
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 5.200 jam
Jam tenaga kerja standar 5.000 jam
Selisih volume 200 jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp300 per jam x
Selisih volume Rp60.000 R
3. Model Tiga Selisih
Selisih biaya overhead pabrik sebesar Rp150.000 tersebut dapat dipecah menjadi tiga macam selisih berikut ini:
Selisih pengeluaran
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp3.650.000
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal
5.200 jam x Rp300 = 1.560.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp2.090.000
Biaya overhead pabrik variable yang dianggarkan
Pada jam yang sesungguhnya dicapai
5.100 jam x Rp400 2.040.000
Selisih pengeluaran Rp 50.000 R
Selisih kapasitas
Kapasitas normal 5.200 jam
Kapasitas sesungguhnya 5.100 jam
Kapasitas yang tidak terpakai 100 jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp300 per jam x
Selisih kapasitas Rp30.000 R
Selisih efisiensi
Jam standar 5.000 jam
Jam sesungguhnya 5.100 jam
Selisih efisiensi 100 jam
Tarif biaya overhead pabrik Rp700 per jam x
Selisih efisiensi Rp70.000 R
4. Model Empat Selisih
Seperti
telah disebutkan diatas, model empat selisih ini merupakan perluasan
model tiga selisih. Selisih dalam model tiga selisih tersebut dipecah
menjadi: selisih efisiensi variable dan selisih efisiensi tetap dalam
model empat selisih ini. Selisih biaya overhead pabrik dalam contoh
sebesar Rp150.000 R tersebut dipecah menjadi empat macam selisih sebagai
berikut:
Selisih pengeluaran Rp 50.000 R
Selisih kapasitas 30.000 R
Selisih efisiensi yang dipecah lebih lanjut menjadi:
Selisih efisiensi variable 100 jam x Rp400 40.000 R
Selisih efisiensi tetap 100 jam x Rp300 30.000 R
Total selisih biaya overhead pabrik Rp150.000 R
Referensi:
2. pksm.mercubuana.ac.id/new/.../files.../93004-11-155255308450.doc
4. Drs. Mulyadi, M.Sc. Akuntansi Biaya. Edisi ke 5. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: UPP – STIM YKPN, 2009
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar