Add caption |
Seorang pemuda yang sedang galau
mendatangi seorang ulama yang bijaksana. Pemuda tersebut sudah tidak mampu lagi
menjalani kehidupannya yang penuh problematika, sehingga ia pun mengadu kepada
ulama tersebut.
“Wahai orang alim, aku sudah bosan hidup dengan permasalahan yang tiada henti mendera kehidupanku. Dapatkah engkau membantuku menyelesaikan segala masalah yang selalu ada dalam hidupku ini?” Tanya pemuda itu.
“Hai pemuda yang gagah, adakah tempat di muka bumi ini yang tidak menimbulkan masalah? Sesungguhnya setiap yang bernyawa di dunia ini tidak akan terlepas dari yang namanya permasalahan. Nah, maukah kamu aku berikan cara agar mudah menghadapi permasalahanmu itu?” Ulama tersebut balik bertanya.
“Apa yang harus aku lakukan?” Pemuda itu kembali bertanya.
Ulama tersebut hanya tersenyum sembari mengambil segenggam garam dan memasukkannya ke dalam gelas yang berisi air. Garam itu diaduknya dalam gelas yang berisi air tersebut hingga larut dan diberikan kepada pemuda itu. Kemudian, pemuda tersebut diminta meminum air garam dalam gelas tadi.
“Bagaimana rasanya?” Tanya ulama tersebut.
“Asin sekali,” jawab pemuda itu.
Selanjutnya sang ulama mengajak pemuda itu ke tepi danau air tawar yang luas. Ia pun memasukkan segenggam garam yang sama ukurannya dengan garam sebelumnya yang dimasukkan ke dalam gelas tadi. Setelah beberapa saat mengaduk-aduk air di tepi danau itu, ia pun menyuruh anak muda tadi mengambil air dari danau itu dan diminta meminumnya.
“Bagaimana rasanya?” Ulama itu kembali bertanya.
“Hambar, tawar dan tidak berasa,” kata pemuda itu.
“Demikianlah permasalahan hidup, jika kita menghadapinya dengan hati sempit seperti gelas tadi, maka sangat terasa berat permasalahan hidup ini. Sebaliknya, jika kita menghadapi berbagai macam masalah dengan hati yang lapang seluas danau itu, maka tidak akan terasa permasalahan di dunia ini. Sesungguhnya masalah yang paling berat hanya ketika manusia berada di neraka, maka jadikanlah permasalahanmu di dunia ini sebagai lumbung amal sholehmu agar terbebas dari perkara di neraka jahim.” Jelas ulama itu sambil berlalu meninggalkannya.
Hikmah yang dapat diambil dari ulasan kisah tersebut adalah pentingnya melapangkan hati dalam menyikapi problematika hidup ini. Hati yang lapang akan mampu menampung dan menetralisir permasalahan hidup yang silih berganti datangnya.
Luas dan sempitnya hati sangat mempengaruhi mental seseorang dalam menjalani liku-liku kehidupan. Dengan hati yang lapang, seseorang akan lebih bijak memahami permasalahan hidupnya. Karena hati yang lapang merupakan bagian dari kesabaran seseorang, dan kesabaran adalah anugerah terbaik dari Allah SWT. ''...dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang dari pada kesabaran.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dan telah banyak pembahasan mengenai sabar yang merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang beriman. “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, maka ia bersyukur. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena mengetahui bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR Muslim).
“Wahai orang alim, aku sudah bosan hidup dengan permasalahan yang tiada henti mendera kehidupanku. Dapatkah engkau membantuku menyelesaikan segala masalah yang selalu ada dalam hidupku ini?” Tanya pemuda itu.
“Hai pemuda yang gagah, adakah tempat di muka bumi ini yang tidak menimbulkan masalah? Sesungguhnya setiap yang bernyawa di dunia ini tidak akan terlepas dari yang namanya permasalahan. Nah, maukah kamu aku berikan cara agar mudah menghadapi permasalahanmu itu?” Ulama tersebut balik bertanya.
“Apa yang harus aku lakukan?” Pemuda itu kembali bertanya.
Ulama tersebut hanya tersenyum sembari mengambil segenggam garam dan memasukkannya ke dalam gelas yang berisi air. Garam itu diaduknya dalam gelas yang berisi air tersebut hingga larut dan diberikan kepada pemuda itu. Kemudian, pemuda tersebut diminta meminum air garam dalam gelas tadi.
“Bagaimana rasanya?” Tanya ulama tersebut.
“Asin sekali,” jawab pemuda itu.
Selanjutnya sang ulama mengajak pemuda itu ke tepi danau air tawar yang luas. Ia pun memasukkan segenggam garam yang sama ukurannya dengan garam sebelumnya yang dimasukkan ke dalam gelas tadi. Setelah beberapa saat mengaduk-aduk air di tepi danau itu, ia pun menyuruh anak muda tadi mengambil air dari danau itu dan diminta meminumnya.
“Bagaimana rasanya?” Ulama itu kembali bertanya.
“Hambar, tawar dan tidak berasa,” kata pemuda itu.
“Demikianlah permasalahan hidup, jika kita menghadapinya dengan hati sempit seperti gelas tadi, maka sangat terasa berat permasalahan hidup ini. Sebaliknya, jika kita menghadapi berbagai macam masalah dengan hati yang lapang seluas danau itu, maka tidak akan terasa permasalahan di dunia ini. Sesungguhnya masalah yang paling berat hanya ketika manusia berada di neraka, maka jadikanlah permasalahanmu di dunia ini sebagai lumbung amal sholehmu agar terbebas dari perkara di neraka jahim.” Jelas ulama itu sambil berlalu meninggalkannya.
Hikmah yang dapat diambil dari ulasan kisah tersebut adalah pentingnya melapangkan hati dalam menyikapi problematika hidup ini. Hati yang lapang akan mampu menampung dan menetralisir permasalahan hidup yang silih berganti datangnya.
Luas dan sempitnya hati sangat mempengaruhi mental seseorang dalam menjalani liku-liku kehidupan. Dengan hati yang lapang, seseorang akan lebih bijak memahami permasalahan hidupnya. Karena hati yang lapang merupakan bagian dari kesabaran seseorang, dan kesabaran adalah anugerah terbaik dari Allah SWT. ''...dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang dari pada kesabaran.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dan telah banyak pembahasan mengenai sabar yang merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang beriman. “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, maka ia bersyukur. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena mengetahui bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR Muslim).
Berdasarkan kisah tersebut, sedikit akan
dipaparkan bagaimana Cara Islami untuk Menenangkan Hati kita yang sedang dalam
keadaan gelisah sesuai Syari’at Islam tentunya. Di antaranya adalah :
1.
Sabar
Hal
pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada
henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan
kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang
mendatanginya.
Allah
Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang sabar”
(Qs. Al-Baqarah 153).
Selain
menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat
beratnya beban yang dihadapi. Ujian yang Tuhan berikan kepada kita itu
sebenarnya untuk menguji keimanan kita. Jika kita sabar melewai cobaan dan
ujian akan meningkatlah level iman kita. Bukankan Allah itu menguji hamba-Nya
sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Jika ujian itu datang padanya, berarti Allah
yakin kita bisa melewatinya.
2.
Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika
seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari
sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah
menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam
ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya
kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).
Mukin
di antara kalian ada yang lebih milih curhat ma temen. Syukur temen kita bisa
bisa dipercaya dan gak menyebar luaskan masalah kita, lha kalo temen kita ember
alias gak bisa jaga rahasia, yang ada malah menambah masalah karna aib kita di
umbar-umbar.
Mengingat
bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika
keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan
beban berat yang selama ini kita derita.
Rasulullah
shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal
yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala.
Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.
3.
Positive thinking
Positive
thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu kita untuk
mengatasi rasa galau yang sedang kita rasa. Karena dengan berpikir positif,
maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada dalam diri kita menjadi
terobati karena adanya sikap bahwa segala yang maslah yang dihadapi, pastilah
mempunyai jalan yang lebih baik dan jalan keluar yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Akan
selalu ada jalan jika kita percaya kalo Allah swt akan menoong kita. Intinya,
kita haarus selalu berfikir positif sama Allah, jangan pernah suudzhon sama
Sang pencipta. Ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam ayat berikut;
“Karena
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan” (Qs
Al-Insyirah 5-6).
Ini
janji Allah di dalam Al-Qur’an. Akan selallu ada kemudahan di setiap kesulitan.
Masih ragu juga sama janji Allah.
4.
Dzikrullah (Mengingat Allah)
Naaaaahhh…
Ini
yang paling penting. Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala
hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya,
terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang
dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang
ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji
Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah
terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan
hanya dengan mengingat-Nya.
Satu
hal yang harus diingat adalah, untuk dapat selalu mengingat Allah swt dan
berhasil menghapus atau menangkal rasa gelisah, dzikir tidak hanya dilakukan
sebatas ucapan lisan dan atau hati saja. Dzikir kepada Allah swt merupakan
rangkaian aktivitas yang melibatkan segenap hati, lisan, dan juga perbuatan.
Tanpa bersatunya ketiga aspek tersebut, maka sulit pula atau bahkan tidak
mungkin bagi hati kita untuk bersatu dengan Allah swt.
5.
Sholat
Sholat
yang merupakan ibadah paling utama bagi umat muslim juga merupakan salah satu
sarana penangkal dan penawar berbagai macam penyakit hati yang bersarang di
dalam dada manusia. Jelas saja, sholat merupakan ibadah yang totalitas hanya
mengingat kepada Allah swt, yang secara total juga hanya diisi dengan
kalimat-kalimat dzikrullah, ayat-ayat Allah swt.
Allah
berfirman :
“Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemimpinpun.”
(QS.Az Zumar : 23)
Sholat
merupakan aktivitas komunikasi langsung dengan Allah swt, Zat yang menggenggam
dan menguasai segala hati, yang menciptakan penyakit dan yang menyembuhkannya
tanpa rasa sakit. Jika seseorang telah terhubung dan berkomunikasi dengan Allah
swt secara langsung dalam sholat yang khusyuk, maka mustahil baginya terserang
penyakit gelisah. Karena gelisah menyerang hati, dan Allah swt-lah yang
menggenggam dan menguasai segala hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar